Jangan – Jangan Bukan Jerawat?

Jangan – Jangan Bukan Jerawat?

BY dr. Rika Andriani, Sp.DVE

Sebanyak lebih dari 80% populasi  pasti pernah mengalami jerawat atau acne vulgaris  setidaknya satu kali dalam seumur hidupnya. Jerawat paling sering terjadi pada populasi remaja, yaitu antara usia 10 – 18 tahun. Penyebab jerawat adalah adanya peningkatan produksi kelenjar minyak, gangguan pembelahan kulit, pertumbuhan bakteri P.acnes, dan peradangan. Keempat hal ini akan menyebabkan munculnya komedo, bintil kemerahan, lenting bernanah, atau bahkan benjolan yang nyeri. Wajah merupakan area yang paling sering mengalami jerawat. Meskipun demikian, jerawat juga dapat terjadi pada area leher, dada, atau punggung. Pengobatan yang diberikan antara lain berupa tretinoin, benzoil peroksida, antiobiotik topikal dan oral.

Meskipun jerawat sangat umum terjadi, namun tidak semua bintil di wajah adalah jerawat. Ada beberapa kondisi yang memiliki gambaran yang mirip dengan jerawat. Penegakkan diagnosis sangat perlu karena penangannya pun akan sangat berbeda.   Artikel ini akan membahas beberapa kondisi kulit wajah yang sering sekali disalahartikan sebagai jerawat dan perbedaan cara pengobatannya.

1. Rosasea

Rosasea adalah penyakit kulit inflamasi kronis yang ditandai dengan adanya bintil disertai kemerahan, dan telangiektasi (pelebaran pembuluh darah) yang lebih sering ditemukan pada wanita dewasa berusia 30-40 tahun. Penyebabnya diduga berhubungan dengan gangguan sistem imun, peningkatan jumlah Demodex (tungau jinak yang umum hidup di dalam folikel rambut manusia), dan paparan radiasi ultraviolet.

Berbeda dengan jerawat, pada kondisi rosasea tidak akan ditemukan adanya komedo, baik hitam maupun putih. Selain itu pada rosasea, bintil kemerahan terutama terlokalisasi di pipi bagian tengah, hidung, dahi, dan dagu sementara jerawat bisa terjadi pada seluruh wajah. Perbedaan lain adalah keluhan kemerahan pada rosasea juga biasanya memburuk jika dipicu oleh panas, minuman panas, makanan pedas, alkohol, atau stres. Penanganan rosasea membutuhkan metronidazol topikal, asam azelaic, ivermektin, minosiklin, antibiotik oral, terapi laser, dan penghindaran faktor pemicu.

2. Dermatitis Periorifiasial

Dermatitis periorifisial  adalah kondisi yang paling sering terjadi pada wanita dewasa muda, terdiri dari bintil merah kecil, lenting bernanah, atau bercak bersisik berwarna merah muda yang paling sering terjadi di sekitar mulut (oleh sebab itu dulu kondisi ini disebut sebagai dermatitis perioral/ dermatitis sekitar mulut). Selain sekitar mulut, dermatitis ini dapat terjadi juga di sekitar mata atau telinga. Penyebabkan dihubungkan dengan penggunaan steroid topikal, pasta gigi berfluorinasi, produk kosmetik dan tabir surya, steroid inhalasi, faktor hormonal, dan penggunaan tambalan gigi. Bintil bisa terasa gatal, nyeri saat ditekan, atau kadang terasa terbakar. Untuk membedakannya dengan jerawat, pada dermatitis periorifisial tidak ditemukan komedo, bintil hanya terjadi di sekitar mulut, dan hampir selalu dikeluhkan adanya rasa gatal atau terbakar.  Pengobatan untuk dermatitis periorifisial antara lain metronidazol topikal, klindamisin topikal, penghambat kalsineurin topikal, dan antibiotik tetrasiklin oral.

3. Acne yang Disebabkan Oleh Obat

Keluhan seperti jerawat juga dapat terjadi sebagai efek samping dari penggunaan beberapa obat sistemik, antara lain kortikosteroid oral, litium, vitamin B12 dosis tinggi, senyawa halogen (yaitu, yodium, brom, fluor, dan klorin), obat antiepilepsi, dan kontrasepsi oral yang mengandung progestin dengan sifat androgenik. Jerawat akibat obat ditandai dengan munculnya secara tiba-tiba keluhan bintil atau lenting bernanah yang hampir seragam dengan ukuran 1-3 mm.  Biasanya, bintil terasa agak gatal. Pada jerawat akibat obat, jarang sekali ditemukan benjolan yang besar (nodus atau kista) seperti pada acne vulgaris.  Keluhan dapat timbul dalam waktu 2-5 minggu setelah penggunaan obat yang dicurigai. Penghentian obat akan perlahan memperbaiki kondisi jerawat. Namun, jika penghentian obat tidak memungkinkan, keluhan dapat diatasi dengan pemberian retinoid atau antibiotik topikal.

4. Fungal Acne

Folikulitis Malassezia atau fungal acne adalah kelainan umum yang ditandai dengan munculnya kumpulan bintil yang gatal berukuran 1 hingga 2 mm pada wajah, dada, lengan, atau punggung atas. Kondisi ini terjadi akibat pertumbuhan jamur normal yang berlebihan. Keadaan ini banyak terjadi pada pasien yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, menggunakan obat yang menekan sistem imun, atau antibiotik dalam jangka waktu lama.   Meskipun dapat terjadi di mana saja di wajah, fungal acne umumnya menyerang dagu dan bagian samping wajah dibandingkan dengan area tengah wajah.  Selain itu, pada jerawat biasanya tidak terdapat keluhan gatal seperti yang didapati pada fungal acne. Pada kasus ini, diperlukan pemberian obat antijamur oral dan topikal.

Tidak semua bintil di wajah adalah jerawat. Pemeriksaan klinis yang teliti dapat membedakan berbagai kondisi di atas. Penegakkan diagnosis yang tepat sangat diperlukan agar penangannya pun sesuai dan memberikan hasil yang memuaskan. Konsultasi dengan tim dokter kami di bmderma untuk mendapatkan penanganan yang sesuai untuk kondisimu.

Schedule a meeting with our doctor.

BMDERMA FORESTA BSD

Foresta Business Loft 6 Unit 3, Jl. BSD Boulevard Utara,

Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten

0819 9352 5252

BMDERMA SENOPATI (PROJECTSKIN)

Jl. Senopati No.16A

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

0819 221 2121

BMDERMA SUNTER

Jl. Agung Tengah 15 Blok I 11 No.11 A

Sunter Agung, Jakarta Utara

0819 227 2728

EMAIL

INFO@BMDERMA.COM

RESERVATION

0878 1098 9000

© BMDERMA 2025. Copyright by PT Awet Cantik Bahagia