Dermatitis akibat Radiasi: Harus Bagaimana?

Dermatitis akibat Radiasi: Harus Bagaimana?

BY dr. Rika Andriani, SpDV

Dermatitis radiasi adalah peradangan pada kulit yang terjadi akibat efek samping dari radiasi pengion
sinar eksternal. Kondisi ini disebut juga radiodermatitis, dermatitis sinar-x, kerusakan kulit akibat radiasi
(radiation skin damage) atau luka bakar akibat radiasi (radiation burn).
Umumnya dermatitis radiasi disebabkan oleh proses radioterapi yang bertujuan untuk pengobatan
suatu keganasan atau kanker tertentu. Sekitar 90% pasien yang menjalani radioterapi dapat mengalami
dermatitis radiasi. Meskipun jarang, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh paparan radiasi selama
prosedur intervensi seperti angiografi koroner, prosedur embolisasi dan kateterisasi jantung.
Sinar radiasi yang mengenai kulit akan menyebabkan kerusakan sel epidermis dan sel dinding pembuluh
darah serta peradangan. Gejala awal dermatitis radiasi umumnya muncul dalam beberapa hari hingga
minggu setelah radioterapi dimulai, bergantung pada intensitas dosis radiasi dan sensitivitas kulit
pasien. Kondisi ini hanya terjadi pada area yang terkena sinar radiasi. Dermatitis radiasi lebih mudah
terjadi pada pasien yang memiliki penyakit kulit lainnya di area yang diradioterapi, mengalami obesitas ,
memiliki status nutrisi yang buruk, dan menjalani jumah sesi radioterapi yang banyak dengan dosis yang
tinggi.

Dermatitis radiasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu akut dan kronik. Dermatitis radiasi akut
terjadi dalam 90 hari setelah terpajan radiasi. Gejala dermatitis radiasi akut bervariasi tergantung pada
mulai dari ringan hingga berat. Pada gejala dermatitis radiasi ringan, dapat dijumpai kemerahan samar
atau pengelupasan kulit. Pada kondisi ini, pasien disarankan untuk menggunakan pelembap setelah sesi
radioterapi untuk mengurangi rasa tidak nyaman. Kortikosteroid topikal juga dapat diberikan selama dua

sampai empat minggu. Pasien juga diminta untuk selalu menggunakan tabir surya, menghindari berbagai
produk yang dapat bersifat iritan (seperti parfum atau deodorant), dan dilarang untuk menggaruk di
area yang mengalami keluhan. Pada dermatitis radiasi yang berat, bisa terjadi kematian sel kulit
(nekrosis) dan terbentuk luka yang dalam (ulserasi). Pasien harus mendapat perawatan khusus dari
dokter spesialis kulit jika mengalami kondisi tersebut.

Dermatitis radiasi kronis terjadi beberapa bulan hingga tahun setelah sesi radioterapi dimulai. Kondisi ini
merupakan lanjutan dari proses akut dan melibatkan terjadinya perubahan lebih lanjut pada kulit. Kulit
yang terdampak dapat mengalami hilangnya struktur folikel rambut (pori-pori), kerusakan kolagen dan
elastin pada dermis, permukaan kulit (epidermis) menjadi rapuh, perubahan warna menjadi bercak
putih dan coklat yang tidak rata serta muncul telangiektasi (pembuluh darah yang bertambah).
Penggunaan laser Picosure dapat bermanfaat untuk kasus dermatitis radiasi kronik. Laser ini dapat
memperbaiki dan meratakan warna kulit. Terapi lain yang juga baik untuk dikombinasikan dengan laser
Picosure adalah injeksi skin booster. Berbagai vitamin, peptide, dan hyaluronic acid yang terkandung
dalam skin booster dapat bermanfaat untuk membantu regenerasi, meningkatkan serat elastin dan
memberikan tampilan yang lebih halus.
Dermatitis radiasi merupakan kondisi yang umum terjadi pada pasien yang menjalani radioterapi.
Perawatan kulit yang baik pada kondisi akut dapat memperbaiki gejala. Pada dermatitis radiasi yang
berat dan kronik, diperlukan konsultasi dan perawatan khusus dari dokter spesialis kulit.

Table of Contents

Schedule a meeting with our doctor.

© BMDERMA 2024. Copyright by PT Awet Cantik Bahagia